ari satoto
Buat saya dan teman-teman yang tinggal di luar Semarang dan jarang atau sudah lama tidak pulang Semarang, segala hal tentang Semarang seolah kenangan dan impian manis yang tidak bakal hilang. Banyak yang dapat dikagumi, dibanggakan daripada sekedar diingat tentang kota ini. Mulai dari masyarakatnya, budaya, wisata, sampai kulinernya yang beberapa jarang ditemui di kota lain.
Jarang ditemukannya masakan khas Semarang di kota lain mungkin dikarenakan kurang dipopulerkannya masakan ini di kota lain. Positifnya aneka makanan khas ini hanya bisa ditemukan di Semarang menyebabkan siapapun yang sudah mengenal ataupun penasaran dengan ulasan di beberapa media menjadi tertarik berkunjung ke Semarang. Poin lebih dari strategi wisata Semarang.
Salah satu makanan yang membuat saya terkenang dengan Semarang sekaligus SMA 1 tercinta adalah Tahu Gimbal. Ingatan saya dulu sepulang sekolah di tengah panasnya kota Semarang makanan inilah yang bisa membuat adem. Nongkrong di bawah rindangnya pohon-pohon Taman KB menikmati Tahu Gimbal ditemani segelas dawet segar rasanya benar-benar nikmat.
Kangen dengan Tahu Gimbal? Resep kiriman salah satu teman ini mungkin bisa dicoba.
BAHAN-BAHAN :
150 gram udang ukuran kecil (cuci bersih)
75 gram tepung terigu
3 sdm tepung beras
150 ml air
1 batang daun bawang (iris halus)
BUMBU DIHALUSKAN :
2 butir kemiri
2 siung bawang putih
1/2 sdt ketumbar
1 sdt garam
BUMBU KACANG :
1 buah cabai rawit
4 siung bawang putih
2 sdt gula merah
100 gram kacang tanah goreng (tumbuk kasar)
1 sdm petis udang
2 sdt air jeruk nipis
150 ml air matang
PELENGKAP :
2 lembar kol (buang tulang daunnya dan iris halus)
50 gram taoge (seduh air panas dan tiriskan)
2 buah tahu goreng (potong-potong)
telur mata sapi
2 sdm bawang goreng
2 sdm irisan seledri
kecap manis
lontong (secukupnya)
PEMBUATAN :
Gimbal Udang : adu rata bumbu yang dihaluskan bersama tepung terigu, tepung beras dan air hingga menjadi adonan yang licin. Tambahkan daun bawang, aduk rata. Panaskan minyak goreng dalam jumlah banyak, lalu ambil 1 sendok sayur adonan. Beri beberapa ekor udang, lalu tuang ke dalam minyak panas. Goreng hingga matang dan berwarna kuning kecoklatan. Angkat dan tiriskan. Lakukan hingga adonan habis.
Bumbu Kacang : haluskan cabai rawit bawang putih dan gula merah. Tambahkan kacang tanah, petis, air jeruk nipis dan air. Aduk hingga rata
Penyajian : tata potongan lontong di atas piring, beri kol, taoge, tahu dan gimbal udang yang sudah dipotong-potong. Taruh telor mata sapi yang telah dipotong-potong, lalu siram dengan bumbu kacang. Taburi bawang goreng dan irisan seledri. Terakhir tuangi kecap manis di atasnya. Sajikan
Semoga bisa mengobati kangen kita dan sesuai selera.
ari satoto
Teman-teman tentunya masih sangat ingat. Sekitar tahun 1989 sebagai siswa kelas 2 di SMA Negeri 1 kita berhak mengikuti darmawisata (sepertinya bukan study tour karena kegiatan kita hanya jalan-jalan) dengan tujuan Bali.
Pada waktu itu berdarma wisata ke Bali memang benar-benar impian kita. Bukan saja karena ke Bali dulu masih cukup mahal dan transportasi juga belum sebaik sekarang, tapi yang jelas pergi besama teman-teman satu sekolah. Waktu itu meskipun berpanas-panas (jaman itu belum ada bus AC) dan berlelah-lelah (karena kondisi jalan yang belum bagus dan panjang) kita masih merasa benar-benar bahagia. Pokoknya pergi ke Bali saat itu seolah menuju surga impian.
Sesampai di Balipun bayangan kenyamanan Hotel plus akomodasi khas surgawi tidak kita dapatkan. Tidur sekamar berempat (plus panas), makanan yang sederhana ditambah keliling Bali dengan bus yang panas. Sekilas mungkin terbayang tidak kerasannya kita di Bali. Ternyata kita semua malah happy-happy saja. Bahkan kalau ditanya momen apa saat SMA yang ingin kita ulang, tentunya jawaban jalan-jalan ke Bali adalah yang paling banyak.Semua itu memang karena aura Bali yang belum tentu bisa ditemukan di daerah-daerah lain.
Seingat saya dulu tujuan kita adalah mengunjungi Istana TampakSiring, Goa Gajah, Bedugul, Sangeh, nonton tari kecak di Uluwatu, Pantai Kuta dan Sanur serta berbelanja di Sukawati. Melihat daftar kunjungan kita dulu tampaklah bahwa wisata yang ditawarkan Bali saat itu masih wisata alam dan budaya saja. Bali seolah belum benar-benar ter-explore saat itu.
Seingat saya dulu tujuan kita adalah mengunjungi Istana TampakSiring, Goa Gajah, Bedugul, Sangeh, nonton tari kecak di Uluwatu, Pantai Kuta dan Sanur serta berbelanja di Sukawati. Melihat daftar kunjungan kita dulu tampaklah bahwa wisata yang ditawarkan Bali saat itu masih wisata alam dan budaya saja. Bali seolah belum benar-benar ter-explore saat itu.
Berbeda dengan wisata Bali sekarang, beberapa tujuan wisata tersebut sebagian sudah agak terkalahkan dengan tujuan yang lebih menarik lagi. Contohnya Kuta, dulu hanya pantainya saja yang membawa daya tarik. Sekarang selain pantainya yang masih menarik juga deretan toko-toko di Kuta Square, Hard Rock Hotel, Discovery Shopping Mall dan Waterboom. Belum lagi monumen Bom Bali yang didirikan pada tahun 2004. Saat ini mengunjungi Kuta Beach apalagi menjelang sunset kita harus siap-siap mendapati antrean kemacetan yang super panjang.
Daripada ke pantai Sanur (yang harus datang subuh karena Sanur hanya bagus saat matahari terbit) mungkin wisata yang lebih menarik sekarang adalah pantai Dreamland di Pecatu. Atau pilihan yang lain adalah ke Tanjung Benoa yang selain alamnya yang menarik juga menawarkan beberapa kegiatan air seperti Banana Boat, Parasailing, Jetski, Snorkeling dan aktivitas lain yang menarik.
Pilihan berbelanja yang murah meriah plus khas Bali juga sudah bukan lagi monopoli Sukawati. Bagi yang tidak menyukai proses tawar menawar, maka pilihan ke Airlangga atau Krisna dirasa tepat. Berbelanja ke Joger untuk mendapatkan aneka pakaian (T-Shirt dan sebagainya) dengan desian dan kata-kata yang unik juga merupakan aktivitas yang menarik.
Wisata lain yang juga populer adalah mengunjungi Garuda Wisnu Kencana. Meskipun bentuk yang sekarang melenceng dari perencanaannya, tapi obyek wisata ini memang mengagumkan dan merupakan bukti bahwa Bali memang tempat yang tepat buat seniman (Nyoman Nuarta) membuktikan keahliannya.
Makin banyaknya tujuan wisata dan aktivitas yang ditawarkan di Bali membuat saya kangen kembali kesana beramai-ramai dengan teman-teman SMA.
ari satoto
Mengenal Michael Bolton seperti memutar kenangan masa SMA dulu. Pertama kali dikenal luas di Indonesia (Semarang khususnya) sekitar tahun 1989 sosok bersuara khas, serak dan berat ini seolah menjadi idola baru. Teman-teman yang sedang kasmaran saat itu seolah menemukan "How Am I Supposed to Live Without You" sebagai lagu wajib untuk merayu pujaan hatinya. Sebaliknya teman-teman yang lain menjadikan lagu tersebut sebagai teman menuju tidur yang ampuh bersama-sama Right Here Waiting-nya Richard Marx.
Bagi teman-teman yang mengidolakan Michael Bolton simak agenda world tournya di tahun 2010 ini yang menjadikan Indonesia (Jakarta) salah satu tujuannya sebelum mengunjungi beberapa kota di Australia. Konser Michael Bolton bertajuk On World One Love mengambil judul album terakhirnya.
Waktu/Tempat :
17 Mei 2010, start pukul 20.00 di Ritz Carlton – Pacific Place, Jakarta
17 Mei 2010, start pukul 20.00 di Ritz Carlton – Pacific Place, Jakarta
Harga Tiket :
Platinum :Rp. 3.000.000,- (No.Seat + Incl. cocktail)
Gold :Rp. 1.500.000,-
Silver :Rp. 750.000,-
Platinum :Rp. 3.000.000,- (No.Seat + Incl. cocktail)
Gold :Rp. 1.500.000,-
Silver :Rp. 750.000,-
Langganan:
Postingan (Atom)