Asep Jitensha

JUNE, 23-25, 2011, I flew to Singapore for a conference on information technology called CommunicAsia 2011 that was held at Marina Bay Sands.

ari satoto

Buat saya dan teman-teman yang tinggal di luar Semarang dan jarang atau sudah lama tidak pulang Semarang, segala hal tentang Semarang seolah kenangan dan impian manis yang tidak bakal hilang. Banyak yang dapat dikagumi, dibanggakan daripada sekedar diingat tentang kota ini. Mulai dari masyarakatnya, budaya, wisata, sampai kulinernya yang beberapa jarang ditemui di kota lain. 

Jarang ditemukannya masakan khas Semarang di kota lain mungkin dikarenakan kurang dipopulerkannya masakan ini di kota lain. Positifnya aneka makanan khas ini hanya bisa ditemukan di Semarang menyebabkan siapapun yang sudah mengenal ataupun penasaran dengan ulasan di beberapa media menjadi tertarik berkunjung ke Semarang. Poin lebih dari strategi wisata Semarang.

Salah satu makanan yang membuat saya terkenang dengan Semarang sekaligus SMA 1 tercinta adalah Tahu Gimbal. Ingatan saya dulu sepulang sekolah di tengah panasnya kota Semarang makanan inilah yang bisa membuat adem. Nongkrong di bawah rindangnya pohon-pohon Taman KB menikmati Tahu Gimbal ditemani segelas dawet segar rasanya benar-benar nikmat.
Kangen dengan Tahu Gimbal? Resep kiriman salah satu teman ini mungkin bisa dicoba.

BAHAN-BAHAN :
150 gram udang ukuran kecil (cuci bersih)
75 gram tepung terigu
3 sdm tepung beras
150 ml air
1 batang daun bawang (iris halus)

BUMBU DIHALUSKAN :
2 butir kemiri
2 siung bawang putih
1/2 sdt ketumbar
1 sdt garam

BUMBU KACANG :
1 buah cabai rawit
4 siung bawang putih
2 sdt gula merah
100 gram kacang tanah goreng (tumbuk kasar)
1 sdm petis udang
2 sdt air jeruk nipis
150 ml air matang

PELENGKAP :
2 lembar kol (buang tulang daunnya dan iris halus)
50 gram taoge (seduh air panas dan tiriskan)
2 buah tahu goreng (potong-potong)
telur mata sapi
2 sdm bawang goreng
2 sdm irisan seledri
kecap manis
lontong (secukupnya)

PEMBUATAN :
Gimbal Udang : adu rata bumbu yang dihaluskan bersama tepung terigu, tepung beras dan air hingga menjadi adonan yang licin. Tambahkan daun bawang, aduk rata. Panaskan minyak goreng dalam jumlah banyak, lalu ambil 1 sendok sayur adonan. Beri beberapa ekor udang, lalu tuang ke dalam minyak panas. Goreng hingga matang dan berwarna kuning kecoklatan. Angkat dan tiriskan. Lakukan hingga adonan habis.

Bumbu Kacang : haluskan cabai rawit bawang putih dan gula merah. Tambahkan kacang tanah, petis, air jeruk nipis dan air. Aduk hingga rata

Penyajian : tata potongan lontong di atas piring, beri kol, taoge, tahu dan gimbal udang yang sudah dipotong-potong. Taruh telor mata sapi yang telah dipotong-potong, lalu siram dengan bumbu kacang. Taburi bawang goreng dan irisan seledri. Terakhir tuangi kecap manis di atasnya. Sajikan

Semoga bisa mengobati kangen kita dan sesuai selera.

ari satoto

Teman-teman tentunya masih sangat ingat. Sekitar tahun 1989 sebagai siswa kelas 2 di SMA Negeri 1 kita berhak mengikuti darmawisata (sepertinya bukan study tour karena kegiatan kita hanya jalan-jalan) dengan tujuan Bali.

Pada waktu itu berdarma wisata ke Bali memang benar-benar impian kita. Bukan saja karena ke Bali dulu masih cukup mahal dan transportasi juga belum sebaik sekarang, tapi yang jelas pergi besama teman-teman satu sekolah. Waktu itu meskipun berpanas-panas (jaman itu belum ada bus AC) dan berlelah-lelah (karena kondisi jalan yang belum bagus dan panjang) kita masih merasa benar-benar bahagia. Pokoknya pergi ke Bali saat itu seolah menuju surga impian.

Sesampai di Balipun bayangan kenyamanan Hotel plus akomodasi khas surgawi tidak kita dapatkan. Tidur sekamar berempat (plus panas), makanan yang sederhana ditambah keliling Bali dengan bus yang panas. Sekilas mungkin terbayang tidak kerasannya kita di Bali. Ternyata kita semua malah happy-happy saja. Bahkan kalau ditanya momen apa saat SMA yang ingin kita ulang, tentunya jawaban jalan-jalan ke Bali adalah yang paling banyak.Semua itu memang karena aura Bali yang belum tentu bisa ditemukan di daerah-daerah lain.

Seingat saya dulu tujuan kita adalah mengunjungi Istana TampakSiring, Goa Gajah, Bedugul, Sangeh, nonton tari kecak di Uluwatu, Pantai Kuta dan Sanur serta berbelanja di Sukawati. Melihat daftar kunjungan kita dulu tampaklah bahwa wisata yang ditawarkan Bali saat itu masih wisata alam dan budaya saja. Bali seolah belum benar-benar ter-explore saat itu.

Berbeda dengan wisata Bali sekarang, beberapa tujuan wisata tersebut sebagian sudah agak terkalahkan dengan tujuan yang lebih menarik lagi. Contohnya Kuta, dulu hanya pantainya saja yang membawa daya tarik. Sekarang selain pantainya yang masih menarik juga deretan toko-toko di Kuta Square, Hard Rock Hotel, Discovery Shopping Mall dan Waterboom. Belum lagi monumen Bom Bali yang didirikan pada tahun 2004.  Saat ini mengunjungi Kuta Beach apalagi menjelang sunset kita harus siap-siap mendapati antrean kemacetan yang super panjang.

Daripada ke pantai Sanur (yang harus datang subuh karena Sanur hanya bagus saat matahari terbit) mungkin wisata yang lebih menarik sekarang adalah pantai Dreamland di Pecatu. Atau pilihan yang lain adalah ke Tanjung Benoa yang selain alamnya yang menarik juga menawarkan beberapa kegiatan air seperti Banana Boat, Parasailing, Jetski, Snorkeling dan aktivitas lain yang menarik.

Pilihan berbelanja yang murah meriah plus khas Bali juga sudah bukan lagi monopoli Sukawati. Bagi yang tidak menyukai proses tawar menawar, maka pilihan ke Airlangga atau Krisna dirasa tepat. Berbelanja ke Joger untuk mendapatkan aneka pakaian (T-Shirt dan sebagainya) dengan desian dan kata-kata yang unik juga merupakan aktivitas yang menarik.

Wisata lain yang juga populer adalah mengunjungi Garuda Wisnu Kencana. Meskipun bentuk yang sekarang melenceng dari perencanaannya, tapi obyek wisata ini memang mengagumkan dan merupakan bukti bahwa Bali memang tempat yang tepat buat seniman (Nyoman Nuarta) membuktikan keahliannya.
Makin banyaknya tujuan wisata dan aktivitas yang ditawarkan di Bali membuat saya kangen kembali kesana beramai-ramai dengan teman-teman SMA.

ari satoto

Mengenal Michael Bolton seperti memutar kenangan masa SMA dulu. Pertama kali dikenal luas di Indonesia (Semarang khususnya) sekitar tahun 1989 sosok bersuara khas, serak dan berat ini seolah menjadi idola baru. Teman-teman yang sedang kasmaran saat itu seolah menemukan "How Am I Supposed to Live Without You" sebagai lagu wajib untuk merayu pujaan hatinya. Sebaliknya teman-teman yang lain menjadikan lagu tersebut sebagai teman menuju tidur yang ampuh bersama-sama Right Here Waiting-nya Richard Marx.

Bagi teman-teman yang mengidolakan Michael Bolton  simak agenda world tournya di tahun 2010 ini yang menjadikan Indonesia (Jakarta) salah satu tujuannya sebelum mengunjungi beberapa kota di Australia. Konser Michael Bolton bertajuk On World One Love mengambil judul album terakhirnya.

Berikut info komplit tentang Konser Michael Bolton di Jakarta :

Waktu/Tempat :
17 Mei 2010, start pukul 20.00 di Ritz Carlton – Pacific Place, Jakarta

Harga Tiket :

Platinum :Rp. 3.000.000,- (No.Seat + Incl. cocktail)
Gold :Rp. 1.500.000,-
Silver :Rp. 750.000,-

Alumni Smansa '90

Pada salah satu acara wisata kuliner yang dipandu si Mr. MakNyus - Bondan Winarno (kalau tidak salah tahun 2008 bulan Juni) pernah ditampilkan episode kuliner Semarang. Pada episode itu Bondan Winarno mengulas pengalaman masa kecilnya bersekolah di Semarang. Salah satunya dia berkunjung ke SMA Negeri 3 dan mencicipi Badak Sambel makanan khas kantinnya. Sayang si Mr. MakNyus dulu tidak bersekolah di SMA Negeri 1 Semarang, karena menurut saya Pia Sambel lebih enak dan lebih populer.

Lebih populer karena hampir di setiap tempat di Indonesia bahan dasar makanan ini dapat ditemukan. Pia Sambel adalah pia-pia yang dipotong-potong, disiram sambal kacang di atasnya dan disajikan dalam mangkok. Beberapa daerah mengenal pia-pia dengan bakwan. Jelas bukan kalau makanan ini seharusnya lebih populer?

Variasi Pia Sambel kantin-kantin SMA 1 (karena dari belasan kantin semuanya menyediakan menu ini sebagai salah satu menunya) cukup beragam. Dicampur bakso jadi Pia Bakso (ini yang menjadi favorit), dicampur sayur (seperti dalam pecel) juga enak. Pia sambel sering juga dicampur dengan mie kuning, atau mau dicampur semua jadi pia sambel komplit jelas semakin enak.

Kantin-kantin yang sudah berubah wajah menjadi lebih modern tersebut tetap saja menyajikan menu ini sebagai andalannya. Ini jelas disebabkan Pia Sambel merupakan Warisan Enak SMA Negeri 1 Semarang. Alumni SMA Negeri 1 Semarang di penjuru tempat dari tahun ke tahun selalu merindukan makanan ini dan baru serasa pulang kampung kalau sudah menyantap jajanan ini.

Bagaimana agar Pia Sambel benar-benar dikenal tentunya kembali kepada teman-teman sendiri. Menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat, rasanya kita bisa mengkreasikan Pia Sambel sebagai salah satu hidangan favorit di rumah, arisan, pesta dan kegiatan-kegiatan lain. Senang rasanya apabila Pia Sambel dapat dikenal tidak hanya di lingkungan siswa dan alumni SMA Negeri 1 saja, tapi juga bisa menjadi kuliner andalan Semarang.

Bagi teman-teman yang berbisnis kuliner (resto, cafe, kantin, catering dan sejenisnya) rasanya tidak memalukan memasukkan menu ini sebagai salah satu menu andalan. Tampil di atas piring atau mangkuk yang cantik dengan hiasan garnish yang menarik sepertinya mampu membuat Pia Sambel naik kelas. 

Bila Pia Sambel sudah terkenal, bukankah SMA kita tercinta juga semakin dikenal. Jadi hidangkan Pia Sambel dan nikmati warisan enak ini.


Alumni Smansa '90

Artikel ini diambil dari Kompas Rabu, 28 April 2010 yang ditulis oleh Adi Prinantyo (Alumni SMA1 '90) dari Hongkong - China. Sebagai bahan renungan berkaitan dengan Hari Bumi 22 April.

 Kerusakan lingkungan hidup kerap menjadi taruhan dari pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Diperlukan kearifan para pemimpin negara agar pertumbuhan ekonomi tidak lagi didewa-dewakan sebagai penanda keberhasilan rezim.

Ronald Henkoff, Editor Bloomberg Market Magazine Amerika Serikat, melontarkan peringatan itu dalam diskusi bertajuk ”Dilema Lingkungan Hidup Asia” pada Konferensi Media Internasional, Senin (26/4) di kampus Universitas Hongkong, Hongkong, China. Konferensi bertema ”Melaporkan Realitas Baru di Asia-Pasifik” itu dihadiri 300 jurnalis se-Asia Pasifik. 

Menurut Henkoff, krisis ekonomi yang menerpa Asia pada 1997 berdampak positif dengan bangkitnya raksasa-raksasa ekonomi baru Asia, seperti China dan India. ”Namun, keberhasilan sejumlah negara itu, dalam pengamatan saya, kurang diimbangi dengan kesuksesan mereka mengatasi sejumlah isu fundamental dalam negeri,” ujarnya.

Henkoff mendasarkan asumsinya itu berdasarkan pemantauannya terhadap kerusakan lingkungan di Malaysia dan India. Malaysia, tuturnya, membuktikan diri sebagai salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terbaik di Asia Tenggara. Salah satu sandaran ekonomi negara kesultanan itu tak lain ekspor kelapa sawit. ”Tetapi, lahan kelapa sawit di Malaysia, tepatnya di Negara Bagian Serawak, dibikin dengan membabat hutan tropis di Pulau Borneo (Kalimantan). Itu jelas deforestation,” tambah Henkoff.

Pembabatan hutan untuk lahan perkebunan, seperti dilakukan Malaysia, menurut Henkoff, berkontribusi terhadap pemanasan global. Lebih celaka lagi, upaya kelompok kritis di Malaysia terhadap deforestation ini tidak ditanggapi positif. ”Justru yang saya dengar ada tekanan terhadap para aktivis itu karena ada kepemilikan dari unsur petinggi negara dalam bisnis tersebut,” tutur Henkoff lagi.

Henkoff menegaskan, ia tidak hendak mengklasifikasikan pertumbuhan ekonomi sebagai hal tabu. Akan tetapi, semata-mata mengimbau para pemimpin negara agar menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan upaya membuat kehidupan warganya sejahtera.

Mesin-mesin baru
Isu pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia menjadi salah satu bahasan penting dalam konferensi yang diadakan atas kerja sama East-West Center dan Universitas Hongkong itu. Editor Business Standard, India, Dr Sanjaya Baru, mengungkapkan, ekonomi dunia kini tak hanya digerakkan oleh satu-dua mesin.

”Mesin ekonomi dunia kini tak hanya Amerika Serikat dan Uni Eropa, tetapi juga mesin-mesin ekonomi baru seperti China di Asia dan Brasil di Amerika Selatan. Muncul pula Afrika Selatan di Afrika dan beberapa negara ASEAN,” kata Baru, yang juga mantan penasihat Perdana Menteri India Manmohan Singh.

Alumni Smansa '90

Terpilihnya Hendrar Prihadi menjadi Wakil Walikota Semarang Periode 2010 - 2015 membawa arti tersendiri bagi alumni SMA Negeri 1 Semarang angkatan '90. Selain karena banyak teman-teman yang berpartisipasi menjadi tim suksesnya, Hendi sendiri adalah sosok teman yang akrab dengan hampir semua teman  angkatan'90 SMA Negeri 1 Semarang.

Beberapa saat setelah resmi ditetapkan menjadi calon wakil walikota Semarang, Hendi menyempatkan waktu berkumpul beberapa teman angkatan sesama alumni angkatan'90. Bertujuan menggalangkan suara dari sesama alumni dan seangkatan, Hendi seperti menyadari bahwa dia merupakan bagian dari persaudaraan almni angkatan '90 SMA Negeri 1 Semarang.


Akhirnya dukungan, bantuan dan do'a menghantarkan Hendi kepada kemenangan. Bila melihat kebelakang, keberhasilan tersebut adalah buah manis perjalanan karir dan kepemimpinannya yang tidak dimulai begitu saja. Sederet pengalaman dan prestasinya sebagai pemimpin yang telah ditorehkanna antara lain :
 
- Ketua BMI Jawa Tengah
- Ketua Taruna Merah Putih Jawa Tengah
- Ketua GM FKPPI Kota Semarang
- Pengurus KADIN Jawa Tengah
- Pengurus Tarung Drajad Jawa Tengah
- Pengurus PSSI Kota Semarang
- Ketua IMI Jawa Tengah
- Wakil Ketua PDIP Jawa Tengah

Kita patut berbangga dan mengharapkan Hendi dapat berhasil mengemban tugas dan amanah mulia membangun Semarang. Visi, Misi dan Program Kerja yang disampaikan saat kampanye diharapkan dapat terlaksana sehingga Semarang dapat sejajar dengan daerah-daerah maju lainnya. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia internasional, diharapkan Semarang dapat berbicara banyak. 
Penggalangan Dukungan
Kumpul-kumpul membentuk Tim Sukses
Selamat Hendi, doa dan bantuan segenap angkatan '90 SMA Negeri 1 akan selalu menyertai demi cita-cita pembangunan Semarang.

Alumni Smansa '90

 Beberapa bulan belakangan ini warga Semarang diliputi antusiasme menjelang proses demokrasi pemilihan Walikota Semarang. Tidaklah mengherankan apabila di setiap sudut kota Semarang berhiaskan atribut kampanye masing-masing calon.

Para alumni SMA Negeri 1 Semarang angkatan '90 tentu saja tidak ketinggalan, karena pada pemilihan kali ini salah satu teman kita Hendrar Prihadi menjadi kandidat Calon Wakil Walikota yang diusung PDIP. Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi maju mendampingi Bapak Soemarmo  HS sebagai Calon Walikota. Pasangan ini populer sebagai MARHEN.

Pembentukan tim sukses dari alumni '90 segera dilakukan dan buntutnya beberapa kegiatan dilaksanakan untuk mencari dukungan buat pasangan MARHEN. Rasa solidaritas dan kepercayaan terhadap Hendi yang dianggap mampu membawa perubahan bagi Semarang adalah awal kesediaan teman-teman membantu untuk kesuksesan pasangan MARHEN.

Akhirnya dengan selesainya Pemilihan pada tanggal 18 April 2010, penghitungan sementara menempatkan pasangan MARHEN sebagai yang terbanyak dipilih. Pada tanggal 24 April KPU Kota Semarang menetapkan pasangan calon Bapak Soemarmo HS dan Hendi Hendrar Prihadi sebagai pemenang Pilwalkot 2010. MARHEN berhasil mengantongi 211.323 suara atau 34,28% dari total suara sah. Ini seusai penghitungan perolehan suara secara manual dalam rapat pleno terbuka. Dengan kemenangan ini pasangan MARHEN tinggal menunggu pelantikan sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota periode 2010-2015 pada 19 Juli mendatang.



Kemenangan MARHEN akan membawa Semarang ke era barunya yang diharapkan akan lebih baik dari sekarang. Kita sebagai kawan, sahabat dan saudara bagi Hendi tentunya berbangga dan bersuka cita. Hanya saja tugas dan amanat yang harus diselesaikan oleh MARHEN harus dijalankan dengan baik. Perlu diingat MARHEN  mempunyai visi mewujudkan Semarang sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang  Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera dapat tercapai. Untuk mewujudkan visinya, misi yang akan dijalankan adalah :
  1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang berkualitas
  2. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien, meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum
  3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah
  4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan
  5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera
Pengalaman dan kemampuan Bapak Soemarmo dan pemikiran-pemikiran segar Hendi sebagai generasi muda diharapkan dapat berguna mewujudkan Semarang yang lebih baik. Kita tentunya berdoa, berharap dan bersedia membantu untuk kesuksesan MARHEN hingga berakhirnya periode kepemimpinannya nanti. 

Alumni Smansa '90

Teman-teman coba kita ingat ruangan atau area mana di sekolah kita dulu yang jarang atau bahkan tidak pernah kita kunjungi. Toilet sudah pasti bukan. Ruang UKS juga bukan, apalagi bila kita dihinggapi rasa mual saat gagal mencerna salah satu pelajaran ter"tak"favorit. Mungkin hampir semua setuju bila Perpustakaan adalah jawabannya.


Perpustakaan bagi remaja seusia kita dulu seringkali diidentikkan sebagai tempat berkumpulnya kelompok kutu buku. Kelompok kutu buku sendiri masuk ke dalam kelompok manusia aneh (“wagu” dalam bahasa kita). Teman-teman yang dulunya merasa sebagai murid idola, favorit, gaya dan gaul (saya lupa apa padanan untuk kata gaul saat itu) jelas menghindari wilayah ini. 

Sayangnya setelah beberapa tahun meninggalkan bangku SMA barulah kita merasakan fungsi dan kegunaan perpustakaan yang sebenarnya. Bangku kuliah (apalagi bila kita berkuliah di Perguruan Tinggi terkemuka) menuntut kita untuk selalu up to date dalam hal pengetahuan baik umum maupun ilmiah dan berita-berita yang ada dan tengah hangat-hangatnya dibicarakan. Bangku kuliah seolah hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang berilmu dan berpengatahuan luas saja. Perpustakaan seolah surga bagi kita untuk tidak tertinggal dari yang lain. Perpustakaan seolah gudang amunisi yang kita butuhkan untuk bertempur. 

Biaya yang sangat tinggi harus kita keluarkan untuk memenuhi kebutuhan kita akan buku. Sementara itu perpustakaan hanya membutuhkan sedikit uang kita untuk terdaftar sebagai anggota. 

mungkin desain ini cocok buat perpustakaan SMA 1
Kembali ke masa SMA dulu. Mengapa kita tidak tertarik atau menjadikan perpustakaan tempat favorit. Jawabannya selain kita tidak mau masuk dalam kategori anak aneh juga karena perpustakaan saat itu belum memberikan apa yang kita butuhkan di usia remaja dulu. Kesan kaku, dingin dan menjemukan memang identik dengan perpustakaan saat itu. Waktu yang cukup sedikit yang dapat kita gunakan untuk berkunjung ke perpustakaan juga menjadi penyebab. Perpustakaan hanya bisa dikunjungi pada saat jam istirahat yang hanya sekitar 15 menit atau pada saat jam pelajaran kosong. Sebagian siswa yang non muslim juga bisa mengunjungi pada saat jam pelajaran agama Islam.  

Area untuk pengguna internet seperti ini rasanya diperlukan juga di Perpustakaan

Yang harus dipikirkan oleh pengelola perpustakaan adalah bagaimana membuat perpustakaan tempat yang menyenangkan. Interior yang menarik khas anak usia SMA adalah yang pertama harus dipikirkan. Menyediakan buku-buku yang tidak hanya ilmiah, tetapi juga karya sastra populer seperti novel remaja dan majalah remaja yang telah dikenal selain majalah ilmiah. Seorang teman  di Jakarta mempunyai konsep untuk mengajak salah satu majalah remaja untuk membuat rak khusus untuk majalah tersebut di perpustakaan SMA almamaternya. Rak yang eye catching tersebut memang ternyata selalu diserbu siswa SMA. Selain itu jam buka yang ditambah minimal 1 jam setelah sekolah usai juga perlu dipertimbangkan.

Interior yang rasanya cocok untuk pengunjung usia remaja
Mari teman-teman, siapa yang mau bergerak untuk generasi SMA 1 sekarang dan nanti. Dengan menjadikan perpustakaan sebagai wilayah favorit mereka, diharapkan para siswa SMA 1 nantinya cinta membaca dan tidak mengalami gegar budaya membaca saat harus mengunjungi perpustakaan selepas bangku SMA.


Alumni Smansa '90

Karena terlalu bangga dengan Semarang dan SMA 1 yang tercinta, seringkali kita terlupa untuk mengetahui sejarah kota Semarang. Sejarah yang meninggalkan jejak-jejak warisan yang tak ternilai yang diantaranya Gedung SMA 1 kita sangatlah indah dan harus kita pelihara dan cintai. Salah satu caranya yaitu mengenal awal mula berdirinya Semarang dan catatan-catatan sejarah lainnya. Berikut catatan sejarah Semarang yang diambil dari perpustakaan online wikipedia Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang

Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai  Pangeran Made Pandan, untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.

Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang di kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari di Semarang.

Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda.Ini terjadi pada tangga l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, walikota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Narnun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian diluar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. 
Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti dimasa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.
Sejarah singkat ini akan menjadi semakin menarik apabila kita mau menggali lebih dalam lagi tentang kota kita tercinta tersebut. Sejarah ini juga menunjukkan bahwa kota Semarang tidak terbentuk dengan mudahnya. Keringat, darah dan do'a para pendahulu kita dapat kita hargai dengan membangun kota ini sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan. Mengenal dan menghargai sejarah akan membuat kepala kita tegak bila berdiri diantara bangsa-bangsa lain.