Alumni Smansa '90
Teman-teman coba kita ingat ruangan atau area mana di sekolah kita dulu yang jarang atau bahkan tidak pernah kita kunjungi. Toilet sudah pasti bukan. Ruang UKS juga bukan, apalagi bila kita dihinggapi rasa mual saat gagal mencerna salah satu pelajaran ter"tak"favorit. Mungkin hampir semua setuju bila Perpustakaan adalah jawabannya.
Perpustakaan bagi remaja seusia kita dulu seringkali diidentikkan sebagai tempat berkumpulnya kelompok kutu buku. Kelompok kutu buku sendiri masuk ke dalam kelompok manusia aneh (“wagu” dalam bahasa kita). Teman-teman yang dulunya merasa sebagai murid idola, favorit, gaya dan gaul (saya lupa apa padanan untuk kata gaul saat itu) jelas menghindari wilayah ini.
Sayangnya setelah beberapa tahun meninggalkan bangku SMA barulah kita merasakan fungsi dan kegunaan perpustakaan yang sebenarnya. Bangku kuliah (apalagi bila kita berkuliah di Perguruan Tinggi terkemuka) menuntut kita untuk selalu up to date dalam hal pengetahuan baik umum maupun ilmiah dan berita-berita yang ada dan tengah hangat-hangatnya dibicarakan. Bangku kuliah seolah hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang berilmu dan berpengatahuan luas saja. Perpustakaan seolah surga bagi kita untuk tidak tertinggal dari yang lain. Perpustakaan seolah gudang amunisi yang kita butuhkan untuk bertempur.
Biaya yang sangat tinggi harus kita keluarkan untuk memenuhi kebutuhan kita akan buku. Sementara itu perpustakaan hanya membutuhkan sedikit uang kita untuk terdaftar sebagai anggota.
mungkin desain ini cocok buat perpustakaan SMA 1 |
Kembali ke masa SMA dulu. Mengapa kita tidak tertarik atau menjadikan perpustakaan tempat favorit. Jawabannya selain kita tidak mau masuk dalam kategori anak aneh juga karena perpustakaan saat itu belum memberikan apa yang kita butuhkan di usia remaja dulu. Kesan kaku, dingin dan menjemukan memang identik dengan perpustakaan saat itu. Waktu yang cukup sedikit yang dapat kita gunakan untuk berkunjung ke perpustakaan juga menjadi penyebab. Perpustakaan hanya bisa dikunjungi pada saat jam istirahat yang hanya sekitar 15 menit atau pada saat jam pelajaran kosong. Sebagian siswa yang non muslim juga bisa mengunjungi pada saat jam pelajaran agama Islam.
Area untuk pengguna internet seperti ini rasanya diperlukan juga di Perpustakaan |
Yang harus dipikirkan oleh pengelola perpustakaan adalah bagaimana membuat perpustakaan tempat yang menyenangkan. Interior yang menarik khas anak usia SMA adalah yang pertama harus dipikirkan. Menyediakan buku-buku yang tidak hanya ilmiah, tetapi juga karya sastra populer seperti novel remaja dan majalah remaja yang telah dikenal selain majalah ilmiah. Seorang teman di Jakarta mempunyai konsep untuk mengajak salah satu majalah remaja untuk membuat rak khusus untuk majalah tersebut di perpustakaan SMA almamaternya. Rak yang eye catching tersebut memang ternyata selalu diserbu siswa SMA. Selain itu jam buka yang ditambah minimal 1 jam setelah sekolah usai juga perlu dipertimbangkan.
Interior yang rasanya cocok untuk pengunjung usia remaja |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar